cerpen : "Guru Idola Ku"

CERPEN
KARYA: MOZILA     


GURU IDOLA KU

          “kau sudah makan rey..?”
          Aku masih inget kata-kata itu,, kata-kata yang selalu terucap dari mulut pak Putra guru idola ku. Saat itu aku masih duduk di bangku kelas dua Madrasah Aliyah. Saat itu umur ku masih 16 tahun.
          Nama ku Reyhana. Cukup panggil aku Rey. Aku bangga bisa tercatat sebagai salah seorang alumni Madrasah Aliyah Negri Sumpur. Disana aku punya guru idola yang humoris, baik, care, imut, dan yang penting dia selalu perhatian pada ku. Ya, dia adalah Bapak Putra, Bapak Afandi dan Bapak Surya.
          Mereka adalah guru idola ku yang super hebat bagi ku. Setiap hari, di sela-sela kesibukan nya, mereka selalu bertanya “kau sudah makan Rey?”. Kalimat itu tak pernah hilang dari hidup ku setiap hari nya. Kalimat itu selalu terdengar di telinga ku saat jam istirahat. Aku senang, aku bangga, aku bahagia. Meski mereka sibuk, meski mereka capek, meski mereka lelah, tapi mereka tak pernah lupa untuk bertanya bagaimana kabar ku, dan sudah makan apa belum.
          Sekarang, aku sudah duduk di bangku perkuliahan. Aku sudah semester 8 di Universitas of Fourteens dengan jurusan pendidikan bahasa inggris. Di kampus ini aku tidak pernah bertemu dengan guru seperti pak Putra, pak Surya dan pak Afandi. Prinsip di kampus ini siapa loe siapa gua. Semenjak aku jadi mahasiswi nggak pernah lagi mendengar kalimat “kau sudah makan Rey? Bagaimana kabar mu Rey? Kau sehat Rey? Dan lain-lain sebagai nya. Tak pernah lagi aku dengar  kalimat itu. Nggak ada lagi malaikat yang akan bertanya semua itu.
          Pagi yang cerah di hari selasa. Pagi ini mata kuliah ku B.Inggris. Dan aku akan bertemu dengan dosen killer yang paling aku benci.!! “kkrriiiinngg..!!! jam wecker ku meribut membangunkan ku subuh tadi. Ku bergegas bangkit dan mengambil whudu’ kemudian shalat subuh sendirian.
          Berpakaian, sarapan dan beres-beres selesai. Saat nya berangkat sekolah dan bertemu guru killer. Tapi aku gak pernah terniat untuk bolos. Karena aku masih ingat kalimat pak Afandi dulu saat hari perpisahan. “Rey,, walau bagaimana pun kejam nya seorang guru, kita tetap menghargai nya, kita harus menghormati nya. Suatu saat kalau Rey udah jadi mahasiswi Rey harus mengikuti mata kuliah dengan rajin. Raih cita-cita mu Rey. Semangat ya Rey!”.
          Nasehat itu selalu aku ingat, selalu aku simpan di memory otak ku dan tak akan pernah hilang selalu mengalir membasahi sel-sel otak ku. Dan itu lah yang membuat aku semangat untuk belajar. “Ok. Morning all. How are you this morning. Are you fine.???” Dosen itu selalu berucap seperti itu ketika masuk lokal. Karena mungkin itu lah tradisi nya turun temurun. “Morning sir, we are fine!!” jawab kami serentak seperti anak TK. “Do you still remember that I gave you a homework? Submit your homework now.!”ucap dosen killer yang sejujur nya masih muda itu. Aku segera membuka tas ku dan “oww My God.!! Tugas gua ketinggalan.!!” Aku berucap seakan berteriak ketakutan. “Cuma 39.? Mana satu lagi?” dosen itu bertanya dan membuat jantung ku serasa ingin copot. “sa...say..aa sir, i’m forget sir. Pardon me” ucap ku terbata-bata. “silahkan anda keluar, minggu kemaren tidak ngumpul, sekarang tidak dibawa, get out.. dan jangan pernah masuk lagi dengan saya. Nilai semester kamu sekarang saya kasih D!!”.
          Aku menagis melangkah keluar, air mata ku tak dapat lagi aku tahan. Mana bentar lagi aku mau wisuda. Bagaimana mungkin aku akan memperlihat kan nilai D ku pada pak Surya, pak Afandi dan pak Putra. Oh tuhan.. it’s impossible.!!!
          Hari-hari pun berlalu, detik berputar seakan tak menentu. Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu seluruh mahasiswa di Universitas of Fourteens.  Tapi tidak dengan ku. Hari ini adalah hari terjelek untuk ku, bagaimana tidak? Aku wisuda, namun nilai bahasa inggris yang merupakan prody ku di kasih D oleh dosen killer itu. Dan tak mungkin aku akan memperlihatkan badscore ku pada pak Putra, pak Afandi dan pak Surya?? Oh tidak.!
          Detik yang aku tunggu-tunggu pun datang, semua mahasiswa berbahagia. Mengenakan toga. Tapi tidak untuk ku, aku kecewa melihat toga ini. “maafkan aku pak.!” Gumam ku seolah-olah berkata kepada tiga orang guru idola ku.
          Ijazah pun aku terima, bola mata ku langsung tertuju pada prody bahasa Inggris ku. “ya allah” aku tak percaya dengan semua ini. Benarkah?? Benar kah nilai ku dikasih A oleh dosen killer itu?????”.
          Tanpa berfikir panjang aku pun berlari ke arah dosen yang selama ini aku anggap killer yang katanya mau ngasih aku nilai D. “Mr....” panggil ku pada dosen muda itu. Dia melihat ku dengan seulas senyum yang selama ini tak pernah aku lihat. “Rey.. Congratulate for you” ucap nya dengan penuh kelembutan menjabat tangan ku. “Thanks Mr.”. Aku heran, apa gerangan yang telah membuat dosen muda itu berubah seratus delapan puluh derajat. “Rey,, come on. I want to tell something to you”.
          Dosen itu melangkah, aku mengikuti nya hingga sampai di taman campus. “Rey,, you have finish your study. Now I want to honest with you. During I be your lecturer, I have a feeling for you. I love you. Would you marry me?”. Kata-kata itu keluar dari dosen yang selama ini killer. Aku tak percaya bahwa dia mencintai ku. Aku harus jawab apa?. Dalam kebingungan itu aku teringat guru idola ku. Dan aku minta solusi pada nya. Akhir nya aku temukan jalan terbaik dan aku menerima dosen itu.
          Dan hari berbahagia ku datang. Saat nya aku menjalin rumah tangga dengan nya. Hari terindah itu berlangsung pada tanggal 24 Agustus 1997 dan di hadiri oleh tiga orang guru idola ku.
SELESAI . . . . . . . .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menghadapi Akreditasi

MAN SUMPUR UPACARA BENDERA BERSAMA KEJAKSAAN NEGERI TANAH DATAR